Jumat, 08 November 2013

Daftar nama-nama kerajaan islam di indonesia

Salah satu sejarah indonesia yang tidak mungkin dilewatkan adalah mengenai sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia. Dipostingan kali ini penulis sengaja akan membahas tentang daftar nama-nama kerajaan islam di indonesia yang mana keberadaan kerajaan-kerajaan Islam ini selain memperjuangkan syiar islam namun juga ikut melawan para kolonialis/penjajah dari nusantara.
Berikut saya tulis beberapa kerajaan Islam yang ada di Indonesia beberapa abad silam :

KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara.
Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

  • Silsilah
1. Sultan Malik al-Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Ahmad Laidkudzahi
4. Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M)
5. Sultan Shalahuddin (1405-1412 M)

Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M.

KESULTANAN PERLAK
Berdasarkan cerita teori-teori sejarah, dapat diperkirakan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad 7 atau 8 M. Pada abad ke-13, Islam sudah berkembang pesat. Menurut catatan A. Hasymi, Kesultanan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri pada tanggal 1 Muharam 225 H atau 804 M. Kesultanan ini terletak di wilayah Perlak, Aceh Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Nama Kesultanan Perlak sebagai sejarah permulaan masuknya Islam di Indonesia kurang begitu dikenal dibandingkan dengan Kesultanan Samudera Pasai. Namun demikian, nama Kesultanan Perlak justru terkenal di Eropa karena kunjungan Marco Polo pada tahun 1293.
Kesultanan Perlak berdiri pada tahun 840 dan berakhir pada tahun 1292. Proses berdirinya tidak terlepas dari pengaruh Islam di wilayah Sumatera. Sebelum Kesultanan Perlak berdiri, di wilayah Perlak sebenarnya sudah berdiri Negeri Perlak yang raja dan rakyatnya merupakan keturunan dari Maharaja Pho He La (Meurah Perlak Syahir Nuwi) serta keturunan dari pasukan-pasukan pengikutnya.
  • Silsilah
Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, di wilayah Negeri Perlak sudah ada rajanya, yaitu
Meurah Perlak Syahir Nuwi. Namun, data tentang raja-raja Negeri Perlak secara lengkap
belum ditemukan. Sedangkan daftar nama sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Pelak
adalah sebagai berikut:

1. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840-864)
2. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)
3. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)
4. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932)
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932-956)
7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-983)
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023)
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059)
10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-1078)
11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109)
12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-1135)
13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)
14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-1173)
15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200)
16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-1230)
17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-1267
18. 18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292)

Catatan: Sultan-sultan di atas dibagi menurut dua dinasti, yaitu dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah dan dinasti Johan Berdaulat, yang merupakan keturunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).
Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.

KESULTANAN MALAKA
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai.
  • Silsilah
Raja/Sultan yang memerintah di Malaka adalah sebagai berikut:
1. Permaisura yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380—1424)
2. Sri Maharaja (1424—1444)
3. Sri Prameswara Dewa Syah (1444—1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445—1459)
5. Sultan Mansur Syah (1459—1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477—1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488—1551)

Setelah Parameswara masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah pada tahun 1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia kawin dengan putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai.

KERAJAAN PAGARUYUNG
Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri, meliputi provinsi Sumatra Barat sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Nama kerajaan ini berasal dari ibukotanya, yang berada di nagari Pagaruyung. Kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama Adityawarman pada tahun 1347. Kerajaan Pagaruyung menjadi Kesultanan Islam sekitar tahun 1600-an.
Walaupun Adityawarman merupakan pangeran dari Majapahit, ia sebenarnya memiliki darah Melayu. Dalam sejarahnya, pada tahun 1286, Raja Kertanegara menghadiahkan arca Amogapacha untuk Kerajaan Darmasraya di Minangkabau. Sebagai imbalan atas pemberian itu, Raja Darmas Raya memperkenankan dua putrinya, Dara Petak dan Dara Jingga untuk dibawa dan dipersunting oleh bangsawan Singosari. Dari perkawinan Dara Jingga inilah kemudian lahir Aditywarman.

Ketika Singosari runtuh, mucul Majapahit. Adityawarman merupakan seorang pejabat di Majapahit. Suatu ketika, ia dikirim ke Darmasraya sebagai penguasa daerah tersebut. Tapi kemudian, Adityawarman justru melepaskan diri dari Majapahit. Dalam sebuah prasasti bertahun 1347, disebutkan bahwa Aditywarman menobatkan diri sebagai raja atas daerah tersebut. Daerah kekuasaannya disebut Pagaruyung, karena ia memagari daerah tersebut dengan ruyung pohon kuamang, agar aman dari gangguan pihak luar. Karena itulah, negeri itu kemudian disebut dengan Pagaruyung.
Kekuasaan raja Pagaruyung sudah sangat lemah pada saat menjelang perang Padri, meskipun raja masih tetap dihormati. Daerah-daerah di pesisir barat jatuh ke dalam pengaruh Aceh, sedangkan Inderapura di pesisir selatan praktis menjadi kerajaan merdeka meskipun resminya masih tunduk pada raja Pagaruyung. Kerajaan ini runtuh pada masa Perang Padri akibat konflik yang terjadi dan campur tangan kolonial Belanda pada pertengahan abad ke-19.

KERAJAAN SRIWIJAYA
Pengetahuan mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M.
Sebenarnya, lima tahun sebelum itu, yaitu pada tahun 1913 M, Kern telah menerbitkan Prasasti Kota Kapur, sebuah prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kern masih menganggap nama Sriwijaya yang tercantum pada prasasti tersebut sebagai nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.
Pada abad ke-11 M, Sriwijaya mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 1006 M, Sriwijaya diserang oleh Dharmawangsa dari Jawa Timur. Serangan ini berhasil dipukul mundur, bahkan Sriwijaya mampu melakukan serangan balasan dan berhasil menghancurkan kerajaan Dharmawangsa. Pada tahun 1025 M, Sriwijaya mendapat serangan yang melumpuhkan dari kerajaan Cola, India. Walaupun demikian, serangan tersebut belum mampu melenyapkan Sriwijaya dari muka bumi. Hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya masih tetap berdiri, walaupun kekuatan dan pengaruhnya sudah sangat jauh berkurang.
  • Silsilah
Berikut ini daftar silsilah para raja Sriwijaya:
Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683, Talang Tuo, 684).

1. Cri Indrawarman (berita Cina, tahun 724).
2. Rudrawikrama (berita Cina, tahun 728, 742).
3. Wishnu (prasasti Ligor, 775).
4. Maharaja (berita Arab, tahun 851).
5. Balaputradewa (prasasti Nalanda, 860).
6. Cri Udayadityawarman (berita Cina, tahun 960).
7. Cri Udayaditya (berita Cina, tahun 962).
8. Cri Cudamaniwarmadewa (berita Cina, tahun 1003, prasasti Leiden, 1044).
9. Maraviyayatunggawarman (prasasti Leiden, 1044).
10. Cri Sanggaramawijayatunggawarman (prasasti Chola, 1044).

Kekuasaan tertinggi di Kerajaan Sriwijaya dipegang oleh raja. Untuk menjadi raja, ada tiga persyaratan yaitu:
1. Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.
2. Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan
kesejahteraan pada rakyatnya.
3. Ekachattra. Eka berarti satu dan chattra berarti payung. Kata ini bermakna mampu
memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.

Kerajaan Islam Di Indonesia Dan Perkembangannya

Peta Kerajaan Islam
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa timbulnya kerajaan-kerajaan Islam didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, dan Tiongkok. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16. Berikut beberapa kerajaan besar Islam di Indonesia.

1. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, didirikan oleh Malik As-Saleh. Kerajaan ini terletak di Lhok Seumawe Aceh Utara. Wilayahnya sangat strategis karena berada di daerah Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran internasional. Pada masa pemerintahan Malik As-Saleh, Kerajaan Samudra Pasai berkembang menjadi bandar-bandar pelabuhan besar yang banyak didatangi oleh pedagang dari berbagai daerah, seperti India, Gujarat, Arab, dan Cina. Dalam perkembangannya setelah Malik As-Saleh wafat pada 1927, kegiatan pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, yaitu Sultan Muhamad Malik Al-Taher (1927 – 1326), Sultan Ahmad, dan Sultan Zainul Abidin.
2. Kerajaan Malaka

Pendiri Kerajaan Malaka adalah Paramisora atau Iskandar Syah. Kerajaan ini letaknya berhadapan dengan Selat Malaka sehingga sangat strategis sebagai jalur perdagangan dan pelayaran. Karena letaknya tersebut, kerajaan ini sering kali menjadi tempat persinggahan para pedagang Islam yang berasal dari berbagai negara. Selain Iskandar Syah, terdapat beberapa raja yang sempat memimpin Kerajaan Malaka, di antaranya sebagai berikut.

a. Muhammad Iskandar Syah yang berkuasa pada 1414-1424.
b. Sultan Mudzafat Syah dan Sultan Mansur Syah yang berkuasa pada 1458-1477.
c. Sultan Alaudin Syah yang berkuasa pada 1477-1488.
d. Sultan Mahmud Syah yang berkuasa pada 1488-1511.

Kerajaan Malaka banyak dikunjungi oleh para pedagang dari Gujarat, Cina, Arab, Persia, dan negara lainnya sehingga kerajaan ini memanfaatkannya untuk meningkatkan kegiatan ekonominya. Karena kemajuannya dalam perdagangan, Kerajaan Malaka mampu mengalahkan kemajuan Kerajaan Samudra Pasai.

3. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Raden Patah (bergelar Alam Akbar Al Fattah) adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu keturunan Champa (daerah yang sekarang perbatasan dengan Kamboja dan Vietnam). Pada awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang putri kepada Brawijaya di Kerajaan Majapahit sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapatkan tempat istimewa di hati raja. Raja Brawijaya sangat tunduk pada semua kemauan sang putri jelita, yang nantinya membawa banyak pertentangan dalam istana Majapahit.

Raja Brawijaya sudah memiliki permasuri yang berasal dari Champa, masih kerabat Raja Champa dan memiliki julukan Ratu Ayu Kencono Wungu. Makamnya saat ini ada di Trowulan, Mojokerto. Sang permaisuri memiliki ketidakcocokan dengan putri pemberian Kaisar Yan Lu. Akhirnya, Raja Brawijaya dengan berat hati harus menyingkirkan putri cantik ini dari Majapahit. Dalam keadaan mengandung, putri cantik itu dihibahkan oleh Raja Brawijaya kepada Adipati Palembang, Arya Sedamar. Di sanalah Jim-Bun atau Raden Patah dilahirkan. 

Dari Arya Sedamar, putri ini memiliki seorang anak laki laki. Dengan kata lain Raden Patah memiliki adik laki laki seibu, tetapi berbeda ayah. Setelah memasuki usia belasan tahun, Raden Patah, bersama adiknya, dan diantar ibunya berlayar ke Pulau Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Raden Patah mendarat di pelabuhan Tuban sekitar tahun 1419 Masehi. Jim-Bun atau Raden Patah sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta di rumah pamannya, kakak-misan ibunya. 

Sunan Ampel juga bersama para saudagar besar Muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari rekan-rekan utusan Kaisar Cina, Panglima Cheng Ho atau juga dikenal sebagai Dampu-awang atau Sam Poo Tai-jin. Panglima berasal dari Xin-Kiang, pengenal Islam.
Saat itu pengaruh Majapahit telah memudar, dan wilayahnya hanya sebagian kecil Jawa Timur. Raden Patah meninggal tahun 1518, dan digantikan oleh menantunya, Pati Unus. Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka melawan pendudukan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran ini, dan digantikan oleh adik iparnya, Sultan Trenggono.

Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah - wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai ahli waris takhta Majapahit. Pada masa itu, arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara, Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syech Siti Jenar.

Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan Nusantara. Pati Unus adalah seorang raja yang memimpikan kembalinya kejayaan Majapahit melalui Demak. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kesultanan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.

Sultan Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggono, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatra), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto.

Kepemimipinan Sunan Prawoto tidak mulus. Sunan Prawoto ditentang oleh adik Sultan Trenggono, Pangeran Seda Lepen. Pangeran Seda Lepen terbunuh, dan akhirnya pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putra Pangeran Seda Lepen.

Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa takhta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Adipati Jepara, ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang. Arya Penangsang akhirnya dihabisi oleh pasukan Joko Tingkir, menantu Sunan Prawoto. Joko tingkir memindahkan istana Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kesultanan Pajang.

4. Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam berdiri berkat perjuangan dari Ki Ageng Pemanahan yang meninggal pada 1575. Setelah meninggal, digantikan oleh anaknya, yaitu Sutawijaya yang lebih dikenal dengan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah. Pada masanya, Kerajaan Mataram terus berkembang dan menjadi kerajaan terbesar di Jawa. Wilayahnya berkembang seputar Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon, dan sebagian Priangan.

Setelah meninggal pada tahun 1601, Sutawijaya digantikan oleh Mas Jolang atau Panembahan Seda Ing Krapyak (1601-1613). Selanjutnya, diteruskan oleh anak Mas Jolang yaitu Raden Mas Martapura karena sering sakit-sakitan, Raden Mas Martapura digantikan oleh anak Mas Jolang yang lain, yaitu Raden Mas Rangsang yang dikenal dengan nama Sultan Agung (1613-1645). Pada masa Sultan Agung inilah Mataram mengalami puncak kejayaan.

Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Mataram terpecah belah sehingga berubah menjadi kerajaan kecil. Perpecahan disebabkan adanya gejolak politik di daerah-daerah kekuasaan Mataram dan peran serta VOC dan penguasa Belanda yang menginginkan menguasai tanah Jawa.

Dalam Perjanjian Giyanti (1755) disebutkan bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi dua wilayah kerajaan sebagai berikut.

a. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.

b. Daerah Kasuhunan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwono.

Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin jauh sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang masing-masing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.
5. Kerajaan Cirebon

Kerajaan ini lahir pada abad ke-16. Pada abad tersebut, daerah Cirebon berkembang menjadi pelabuhan yang ramai dan menjadi salah satu pusat perdagangan di pantai utara Jawa Barat. Majunya kegiatan perdagangan juga mendorong proses islamisasi semakin berkembang sehingga Sunan Gunung Jati membentuk kerajaan Islam Cirebon. Dengan terbentuknya kerajaan Islam Cirebon, maka Cirebon menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Jawa Barat.

6. Kerajaan Banten

Pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah Hasanuddin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini termasuk bagian dari Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten memiliki hubungan dengan kerajaan Demak. Hasanuddin menikah dengan putri Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak, yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara.

Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf pada 1570 menggantikan ayahnya untuk menjadi raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu, dilanjutkan oleh anak Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali Ahmad Rahmatullah (1640-1651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1582). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan.
8.   Kerajaan Banten
Semenjak menjadi kerajaan merdeka yang terlepas dari Kerajaan Demak, Kerajaan Banten mengalami kemajuan yang pesat begitu juga dengan agama Islam. Raja pertama Kerajaan Banten yaitu Sultan Hasanuddin (1552-1570), putra tertua dari Fatahillah.
Adapun raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten setelah Sultan Hasanudin yaitu Panembahan Yusuf (1570-1580); Maulana Muhammad (1580-1596); Abu Mufakhir (1596-1640); Abu Mu’ali Ahmad Rahmatullah (1640-1651); Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682).
Kerajaan Banten mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa pemerintahannya, terjadi penyerangan terhadap VOC sebanyak tiga kali. Dengan siasat Devide at Impera, Sultan Ageng Tirtayasa diadu domba dengan putranya sendiri yaitu Sultan Haji. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap dan diasingkan hingga wafat. Penggantinya, Sultan Haji memiliki kedekatan yang dekat dengan VOC, sehingga VOC dapat menguasai Banten.
9.   Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar merupakan kerajaan gabungan antara Kerajaan Gowa dan Tallo dengan ibukotanya di Sombaopu. Raja Gowa, Daeng Manrabia menjadi Raja Makassar pertama yang bergelar Sultan Alauddin, sementara Raja Tallo, Kraeng Mantoaya menjadi Perdana Menteri yang bergelar Sultan Abdullah. Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin, agama Islam masuk dan berkembang di Makassar. Pengganti Sultan Alauddin ialah Sultan Muhammad Said (1639-1653). Kemudian Sultan Muhammad Said diganti putranya bernama Sultan Hasanuddin (1653-1669) yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur.
Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar. Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan Indonesia Timur, disusunlah Ade'Allapialing Bicarana Pabbalri'e, sebuah tata hukum niaga dan perniagaan dari sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna Gappa.
Karena ketakutan Belanda, maka Belanda menyerang Kerajaan Makassar dengan bantuan Raja Bone yaitu Aru Palaka. Dan akhirnya pada tahun 1667, Belanda dapat memaksa Sultan Hasanuddin untuk menandatangani Perjanjian Bongaya. Isi dari Perjanjian Bongaya yaitu: Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar; Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar; Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar; Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone. Kemudian Sultan Hasanuddin diganti oleh Mapasomba. Tetapi Mapasomba berkuasa tidak terlalu lama karena adanya pengaruh Belanda yang besar. Akhirnya seluruh Sulawasi Selatan dapat dikuasai Belanda.
10. Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara dengan ibukota di Sampalu. Raja pertama Kerajaan Ternate adalah Gapi Buta dan setelah masuk Islam berganti nama menjadi Zainal Abidin yang berkuasa dari 1486-1500. Setelah wafat kedudukannya digantikan oleh Sultan Marhum. Kerajaan Ternate dapat berkembang pesat karena hasil buminya yang berupa rempah-rempah terutama cengkeh. Kerajaan Ternate mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) di mana kekuasaannya mencapai Filipina.
11. Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate. Kerajaan Tidore dan Ternate semula hidup rukun dan damai. Akan tetapi, ketika Portugis dan Spanyol mulai datang ke Maluku, Ternate dan Tidore saling bermusuhan karena diadu domba oleh Portugis. Namun akhirnya kedua kerajaan tersebut bersatu mengusir Portugis. Raja Tidore yang terkenal adalah Sultan Nuku.
Ketika kerajaan Ternate dan Tidore saling bermusuhan, muncul dua persekutuan dagang yakni Uli Lima dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Dan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan anggota Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian barat.
12. Kerajaan Banjar
Atas bantuan dari Kerajaan Demak, Pangeran Tumenggung Samudra dapat menjadi Raja Banjar. Setelah masuk Islam, Pangeran Tumenggung Samudra berganti nama menjadi Sultan Suryanullah. Selain Sultan Suryanullah, tokoh yang berperan mengembangkan Islam di wilayah ini diantaranya Datuk Ri Bandang, Tuan Tunggang Parangan, dan Aji di Langgar. Kerajaan Banjar mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Pangeran Antasari yang sangat anti terhadap penjajahan Belanda.
B.  Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam
1.   Masjid
Beberapa hal yang menarik dan menjadi corak khas bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.   Sebagian besar atap masjid beratap tumpang (atap yang tersusun semakin ke atas semakin kecil, dan yang paling atas berbentuk limas).
b.   Letak masjid tepat di tengah-tengah kota atau dekat dengan istana dan di kiri atau kanan masjid terdapat menara sebagai tempat menyerukan panggilan salat (azan).
c.   Di sekitar masjid (kecuali bagian barat) biasanya terdapat tanah lapang (alun-alun).
Ada pun contoh peninggalan masjid masa kerajaan Islam diantaranya adalah Masjid Kudus, Masjid Demak dan Masjid Banten.
2.   Keraton
Keraton merupakan tempat raja beserta keluarganya tinggal. Keraton dibangun sebagai lambang pusat kekuasaan pemerintahan. Bangunan keraton biasanya dikelilingi pagar tembok, parit, atau sungai kecil buatan. Contoh Keraton Samudera Pasai, Banten, Cirebon, dan Mataram.
Keraton dengan corak Islam diantaranya Keraton Kesultanan Aceh, Demak, Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon, Banten, Yogyakarta, Surakarta, dan sebagainya.
3.   Nisan
Nisan adalah tonggak pendek yang ditanam di atas gundukan tanah yang berfungsi sebagai tanda makam seseorang yang sudah meninggal dunia. Selain itu nisan juga berisi tentang keterangan-keterangan atau identitas dan biodata seseorang yang dimakamkan di tempat itu.
4.   Karya sastra dari ulama
Peninggalan karya sastra bercorak Islam di Indonesia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu:
a.   Hikayat, yaitu karya sastra berupa cerita atau dongeng yang menceritakan tentang kehidupan manusia. Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Jauhar Manikam, dan sebagainya.
b.   Babad, yaitu cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Contoh: Babad Tanah Jawi, Babad Caruban, Babad Giyanti dan sebagainya.
c.   Syair, yaitu puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. Contoh: Syair Perahu, Syair Si Burung Pingai, Syair Abdul Muluk, dan sebagainya.
d.   Suluk, yaitu kitab-kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf. Kitab Suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan kerajaan Islam di nusantara. Contoh: Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang, Suluk Sukarsa dan sebagainya.
5.   Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni menulis indah dengan merangkaikan huruf-huruf Arab, baik berupa ayat-ayat suci Al Qur'an ataupun kata-kata mutiara. Seni kaligrafi biasanya dituangkan pada masjid atau makam. Letak bagian masjid yang mendapat ukir-ukiran umumnya hanya pada bagian mimbar.

13.
Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 840. Hal ini sesuai dengan bukti sejarah yaitu naskah-naskah tua berbahasa Melayu, seperti Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah Wal Fasi, Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salathin, serta Silsilah sultan-sultan Perlak dan Pasai.
Raja pertama dari kerajaan ini adalah Saiyid Abdul Aziz yang bergelar Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Shah (840-964). Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1225-1263). Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat mengawinkan putrinya yang bernama Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura) yakni Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.
Raja terakhir Kerajaan Perlak adalah Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (1263-1292). Setelah beliau wafat, Kerajaan Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai oleh Muhammad Malikul Dhahir putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.
 Keberadaan Kerajaan Perlak ini dibuktikan dengan adanya penemuan mata uang Perlak, yang terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang) dan dari tembaga atau kuningan.

Sejarah Awal Mula beatbox

Beatbox sering terdokumentasikan, yg umum kita ketahui, berakar di awal modern hiphop, di ujung2 jalan seperti Chicago, Bronx, dan LA, dan ini umumnya benar. Namun, vokal perkusi- asal muasal beatboxing muncul - telah menjadi bagian dari musik dan urban scene lebih lama dari yg kita kira. Sebagai bagian dari “the new school of beatboxing” dan hip-hop, dari sekitar tahun 1998 hingga kini, sangatlah penting “New School” ini mengenal sejarahnya, dan bagaimana sub-kultur ini bisa ada. Melalui penelitian yg sulit, Saya akan mencoba menjelaskan pembaca dengan singkat “the true history of beatboxing”.
Pertama kita akan menjelajah waktu, lebih dari 7 dekade ke belakang, di era-nya swing, jazz dan “barbershop music”(musik group vokal a-capella). Telah terdokumentasi bahwa para musisi Jazz adalah grup musisi pertama yg menggunakan suaranya,dan tentu saja, keseluruhan nada vokalnya untuk mengimitasi instruments. Ketika Bebop lahir di tahun 30an, sebagai reaksi dari sebagian grup swing dan kurangnya improvisasi, telah menjadi suatu norma untuk mendengarkan para penyanyi jazz dan blues melengking, mengerang atau mendengkurkan bunyi-bunyian yg kurang umum di dengar oleh telinga manusia sebagai kata-kata. “Scatting” digunakan sebagai improvisasi harmoni dan kemampuan vokal para penyanyi jazz baik untuk solo atau pun instumentals. Ini adalah pandangan mainstream pertama yang kemudian akan menjadi vokal perkusi, dan setelah itu beatboxing. Para penyanyi akan menyanyikan kata-kata buatan seperti “doot”, “wamp”, “bapadoo”, dan sebagainya, efektifnya yaitu menirukan suara instruments yg sangat umum di musik ini, yaitu saxophones dan trompet. Namun bagaimanapun, akar-akar dari imitasi bunyi instruments oleh suara manusia dimulai beberapa tahun di awal. 
Awal mula.. 
Berbalik ke waktu lampau, kita menemukan di Selatan Perancis antara tahun 1200 dan 1300, “the Troubadours” (para musisi-penyajak). Group ini berkeliling wilayah Perancis yang mana ingin berkelana jalanan bernyanyi sendiri atau pun ditemani sebuah “lute” instrument semacam kecapi yg juga cikal bakal gitar akustik modern. Musik mereka berupaya untuk tampil beda dan menampilkan lirik2 yg santun atau tema2 yg religius. Di akhir tahun 1400 dan 1500an, para group akan bernyanyi bersama2, mirip musik barbershop, pengharmonisasian menjadi satu suara. Untuk memperluas music mereka,mereka menukar nada pendek yg tajam, responsif dalam melodi, membuatnya terdengar seperti seluruh band bermain bersamanya. Bahkan, Orang2 Gipsy Perancis ini adalah pertanda awalnya vokal perkusi dalam sejarah. 
Ketika Pertengahan menjadi Baroque, Baroque menjadi Romantik, Romantik menjadi Klasikal, “human Percussion” menghilang sementara waktu. Ketika musik berayun ke Bach dan Beethoven dengan “oratorios” dan Simphoni meliputi lusinan biola dan sejenisnya, penggunaan suara manusia melenyap/tidak digunakan, selain hanya untuk satu tujuan, bernyanyi. Namun, banyak para komposer baru, seperti Medtner dan Rachmaninov menggunakan bunyi vokal yg tak mengandung syair dalam komposisi klasiknya. Contohnya, komposisi Rachmaninov untuk suara dan piano disebut “vokalise”, tertulis pada tahun 1912, berisi melodi murni yang menguak kelembutan harmonisasi vokal yg tanpa syair. 
Dari Afrika ke Amerika 
Musik ritualis Afrika secara tradisional menggunakan bunyi-bunyian tubuh untuk mempertahankan rhythm, seperti bertepuk tangan dan berketuk kaki. Menarik-dan-menghembuskan nafas dengan keras disebut “over breathing” juga digunakan sebagai suatu “two-beat rhythm” dan untuk membuat keadaan tidak sadar pada penampilnya. Patern vokal perkusi juga digunakan seperti, “hup, hup, hup, hup” dan “Ch Ka Ch Ch”. Sekarang ini, musik Afrika barat masih menggunakan teknik seperti membuat suara yg serak-kasar atau kualitas dengungan secara intens, sambil kejang2 dan menunduk2. 
Pada abad 17, para budak Afrika dibawa ke perkebunan di Jamaika dan Amerika, yang kemudian musik Afrika melebur dengan rakyat Eropa dan musik dari band-band brass untuk menciptakan suatu bentuk musik baru- yang disebut jazz dan blues. 
Barbershop 
Pada akhir tahun 1880an, para group kulit hitam (biasanya kuartet) menyanyikan a-capella, yaitu, hanya menggunakan harmonisasi suara mereka sendiri untuk menciptakan musik. Mereka akan menahan lama, nada rendah, yg kita dengar sebagai suara bass dalam beatbox modern. Vokal Perkusi digunakan oleh para group kuartet ini untuk membantu musik mereka mengatur tempo, seperti klik pada lidah dan menarik nafas dalam-dalam hingga nyaring bersuara. Ya,beratus-ratus tahun yang lalu sebelum Kenny Mohammed, musisi barbershop kulit hitam telah lebih dulu menguasai “the inward snares”(teknik penciptaan suara snare dengan menarik nafas). Meskipun vokal perkusi adalah latar belakang dari jenis musik ini, tentu saja hal ini juga menciptakan pengaruh akan timbulnya scatting dan dengungan bass pada alunan jazz, blues, dan musik swing yg berjarak beberapa tahun kemudian. 
Blues and Vokal Perkusi 
Ketika Blues dibawa oleh para budak kulit hitam, yg menceritakan penderitaan kehidupan mereka,biasanya tidak ada instruments yg digunakan. Para musisi akan berimprovisasi hanya dengan menggunakan tubuhnya ataupun suaranya. Tepukan dan bunyi ceklekan (klik) menjadi drumnya, dan dengungan bernada rendah menjadi double bass-nya; 2 tulang punggungnya blues dan musik jazz. Satu orang akan berdengung, satu orang lagi akan bertepuk, klik dan memukul suatu barang sebagai drum-nya, dan seorang akan bernyanyi. Hal ini yg kemudian akan menyebabkan peng-imitasian banyak suara, seperti ’shhchh’ pada soft-snare dan ‘tssa’ pada hi-hat yg dimainkan dengan brushes.Group-group Blues telah menemukan cara untuk membuat musik mereka hanya dengan menggunakan suara mereka sendiri. Ketika Blues menjadi lebih mainstream, scatting dan dengungan bass menjadi populer. Penyanyi bernada tinggi akan melengkinkan suaranya, menggabungkan nada, mengambil alih suara trompet ketika solo. Dengan segera, bentuk vokal perkusi ini menjadi stample dari budaya urban, yaitu, budaya jalanan. Seniman-seniman miskin akan menguasai jalanan, atau nongkrong di sudutan jalan, menirukan suara trompet dan saxophones di luar gedung pertunjukan jazz.
Kini 
Kini, beatboxing dan vokal perkusi sangatlah populer. Hanya cukup mendengarkan referensi sebuah album seorang Autralia, Joel Turner, yang menggunakan beatbox sebagai drum di kesulurahn albumnya. Sejak itu, Joel mendeklamasikan kemenangan akan albumnya, dan kontrak multimiliun dollar dengan label rekaman dan peng-ekspose-an di mainstream. Formasi group seperti The Beatbox Alliance, yang memiliki backingan major corporate, membuat kita menyadari bahwa sekarang beatboxing adalah suatu bagian dari komunitas hiphop. Pada tahun 2000, Rahzel membuat beatboxing menjadi lebih dikenal di mainstream dengan membawakan sebuah lagu Alliyah “If Your Mother Only Knew”. Sejak itu, Rahzel diberi predikat sebagai orang pertama yang memodifikasi suatu seni bernyanyi dan beatboxing yang dilakukan secara bersamaan, sebuah jargon yg akhirnya